Makalah Kesehatan Reproduksi- Safe Motherhood

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI 
SAFE MOTHERHOOD



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar  Belakang
Dalam tahun terakhir ini perkembangan ilmu dan tekhnologi mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Dalam bidang kebidanan tidak luput dari perubahan. Hal ini tampak nyata dari adanya evidence based sehingga seluruh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan harus mengacu pada evidence based. Yaitu pada praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
Dimana kita ketahui angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi, khususnya di Indonesia. Berbagai penyebab utama nya seperti perdarahan, infeksi dan eklampsi. Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan program Safe Motherhood. Dimana safe motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang sehat. WHO mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO, 1994). Empat pilar upaya Safe Motherhood tersebut adalah keluarga berencana, asuhan antenatal, pelayanan bersih dan aman dan pelayanan obstetri esensial.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Jelaskan pengertian Safe Motherhood?
2.      Jelaskan Epidemiologi Safe Motherhood?
3.      Jelaskan upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu?
4.      Jelaskan empat pilar Safe Motherhood?
5.      Jelaskan  bagaimana peran laki-laki dalam program Safe Motherhood?
1.3 Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengetahui pengertian Safe Motherhood
2.      Dapat mengetahui Epidemiologi Safe Motherhood
3.      Dapat mengetahui upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu
4.      Dapat mengetahui empat pilar Safe Motherhood
5.      Dapat mengetahui bagaimana peran laki-laki dalam program Safe Motherhood

6.       
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Safe Motherhood
Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan program Safe Motherhood. Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin. Program itu terdiri dari empat pilar yaitu:
1.      keluarga berencana,
2.      pelayanan antenatal,
3.      persalinan yang aman, dan
4.      pelayanan obstetri esensial.
Menurut the International Classification of Diseases and Related Health Problems, Tenth Revision, 1992 (ICD-10) WHO mendefinisikan kematian ibu sebagai “kematian wanita hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, tanpa memandang lama dan tempat terjadinya kehamilan yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan”. Menurut pengertian ini penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi penyebab langsung maupun tak langsung.
Penyebab      kematian langsung yaitu setiap komplikasi persalinan disetiap fase kehamilan (kehamilan, persalinan dan pasca persalinan), akibat tindakan, kesalahan pengobatan atau dari kesalahan yang terjadi disetiap rangkaian kejadian diatas. Contohnya seperti perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau bedah kaisar, perdarahan, sepsis, kelahiran prematur akibat hipertensi, lahir mati, dan komplikasi akibat aborsi yang tidak aman menjadi penyebab langsung yang berkontribusi pada 80% kematian.
Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain yang telah ada sebelumnya atau berkembang selama kehamilan dan yang tidak berhubungan dengan penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh kehamilan. Contohnya seperti kematian akibat penyakit ginjal atau jantung.
 2.2 Epidemiologi
Menurut data yang dikeluarkan oleh UNFPA, WHO, UNICEF dan Bank Dunia menunjukkan bahwa satu wanita meninggal dunia tiap menitnya akibat masalah kehamilan. Rasio kematian ibu (jumlah kematian tiap 100,000 kelahiran hidup) telah menurun secara global pada laju kurang dari 1%. Jumlah kematian wanita hamil atau akibat persalinan secara keseluruhan juga menunjukkan penurunan yang cukup berarti antara tahun 1990-2005. pada tahun 2005, 536,000 wanita hamil meninggal dunia dibandingkan dengan tahun 1990 yang sebanyak 576,000. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Demikian pula angka kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup. Keadaan ini menempatkan upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir menjadi upaya prioritas dalam bidang kesehatan. Hasil survey kesehatan rumahtangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.

2.3 Upaya yang Dilakukan untuk Menurunkan Angka Kematian Ibu
Kematian ibu hamil dilatarbelakangi oleh:
1.      Persalinan yang ditolong dukun
2.      Persalinan yang dilakukan dirumah, bila terjadi komplikasi dan memerlukan rujukan, akan membutuhkan waktu cukup lama.
3.      Derajat kesehatan ibu sebelum dan saat hamil masih rendah yaitu 50% menderita anemia, 30% berisiko kurang energi kronis, sekitar 65% berada dalam keadaan 4 terlalu
4.      Status perempuan masih rendah sehingga terlambat untuk mengambil keputusan ditingkat keluarga untuk mencari pertolongan
Sekitar 90% kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah.
Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, semisal pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai dan lain-lain. Karenanya upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010.
Melihat kondisi itu semua, disusunlah suatu gerakan yang disebut dengan Safe Motherhood. Gerakan ini pertama kali dicanangkan pada International Conference on Safe Motherhood, Nairobi, 1987. Program ini sendiri telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan melibatkan secara aktif berbagai sector pemerintah dan non-pemerintah, masyarakat, serta dukungan dari berbagai badan internasional.

2.4 Empat Pilar Safe Motherhood
1. Keluarga berencana
KB adalah singkatan dari Keluarga Berencana. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), maksud daripada ini adalah: "Gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran”. Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondomspiralIUD dan sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970'an.
a.      Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturankelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b.      Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
c.       Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatandan kesejahteraan ibu, anakkeluarga dan bangsa; Mengurangi angkakelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibubayi, dananak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
KB dapat menurunkan angka kematian ibu karena dapat merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, menentukan jumlah anak. Sehingga tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, “4 terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, dan terlalu banyak anak.Konseling dan pelayanan keluarga berencana harus tersedia untuk semua pasangan dan individu. Dengan demikian, pelayanan keluarga berencana harus menyediakan informasi dan konseling yang lengkap dan juga pilihan metode kontrasepsi yang memadai, termasuk kontrasepsi darurat. Pelayanan ini harus merupakan bagian dari program komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi. Program keluarga berencana memiliki peranan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia kehamilan, dan menjarangkan kehamilan.
2. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi kehamilan. Selain itu, juga menjadi sarana edukasi bagi perempuan tentang kehamilan. Komponen penting pelayanan antenatal meliputi:
1.      Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual.
2.      Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi, edema, dan pre-eklampsia.
3.      Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.
Dalam       masa    kehamilan:
1.      Petugas kesehatan harus memeri pendidikan pada ibu hamil tentang cara menjaga diri agar tetap sehat dalam masa tersebut.
2.      Membantu wanita hamil serta keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran bayi.
Meningkatkan kesadaran mereka tentang kemungkinan adanya risiko tinggi atau terjadinya komplikasi dalam kehamilan/ persalinan dan cara mengenali komplikasi tersebut secara dini. Petugas kesehatan diharapkan mampu mengindentifikasi dan melakukan penanganan risiko tinggi/komplikasi secara dini serta meningkatkan status kesehatan wanita hamil.

3.      Persalinan yang bersih dan aman
Focus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencagah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi , menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan setiap penolong kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi.
Dalam persalinan:
1.      Wanita harus ditolong oleh tenaga kesehatan profesional yang memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman
2.      Tenaga kesehatan juga harus mampu mengenali secara dini gejala dan tanda komplikasi persalinan serta mampu melakukan penatalaksanaan dasar terhadap gejala dan tanda tersebut.
3.      Tenaga kesehatan harus siap untuk melakukan rujukan kom
plikasi persalinan yang tidak dapat diatasi ke tingkat pelayanan
yang lebih mampu.
4.      Sebagian besar komplikasi obstetri yang berkaitan dengan kematian ibu tidak dapat dicegah dan diramalkan, tetapi dapat ditangani bila ada pelayanan yang memadai. Kebanyakan pelayanan obstetri esensial dapat diberikan pada tingkat pelayanan dasar oleh bidan atau dokter umum. Akan tetapi, bila komplikasi yang dialami ibu tidak dapat ditangani di tingkat pelayanan dasar, maka bidan atau dokter harus segera merujuk dengan terlebih dahulu melakukan pertolongan pertama. Dengan memperluas berbagai pelayanan kesehatan ibu sampai ke tingkat masyarakat dengan jalur efektif ke fasilitas rujukan, keadaan tersebut memastikan bahwa setiap wanita yang mengalami komplikasi obstetri mendapat pelayanan gawat darurat secara cepat dan tepat waktu.

4.      Pelayanan obstetri esensial
Memastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.
Pelayanan obstetri esensial bagi ibu yang mengalami kehamilan risiko tinggi atau komplikasi diupayakan agar berada dalam jangkauan setiap ibu hamil. Pelayanan obstetri esensial meliputi kemampuan fasilitas pelayanan kesehatan ‘untuk melakukan tindakan dalam mengatasi risiko tinggi dan komplikasi kehamilan/persalinan.Pelayanan obstetri esensial pada hakekatnya adalah tersedianya pelayanan secara terus menerus dalam waktu 24 jam untuk bedah cesar, pengobatan penting (anestesi, antibiotik, dan cairan infus), transfusi darah, pengeluaran plasenta secara manual, dan aspirasi vakum untuk abortus inkomplet. Tanpa peran serta masyarakat, mustahil pelayanan obstetri esensial dapat menjamin tercapainya keselamatan ibu. Oleh karena itu, diperlukan strategi berbasis masyarakat yang meliputi:
1.      Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksanaan pelayanan setempat, dalam upaya memperbaiki kesehatan ibu.
2.      Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun untuk mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.
3.      Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari pertolongan.

2.5 Peranan Puskesmas
Puskesmas telah dikenal masyarakat sebagai tempat memperoleh layanan kesehatan secara umum yang murah, sederhana, dan mudah terjangkau terutama bagi kalangan kurang mampu. Sejak pertama kali dicetuskan, puskesmas ditargetkan menjadi unit pelaksana teknis pelayanan tingkat pertama/terdepan dalam sistem kesehatan nasional. Maka dari itu, puskesmas juga menjadi salah satu mata rantai pelayanan kesehatan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu melalui program-programnya yang mengacu pada empat pilar Safe Motherhood. Dalam pilar pelayanan obstetri esensial, puskesmas menekankan kebijakan berupa:
a.   Memberikan pelayanan kesehatan untuk semua macam penyakit obstetri
b.   Khusus untuk obstetri harus mampu melakukan:
Pelayanan obstetri esensial darurat (POED)
                        • melakukan pertolongan persalinan sungsang
            • melakukan pertolongan persalinan vakum ekstraksi
            • melakukan plasenta manual
            • memasang infus dan memberikan obat parenteral
            • meneruskan sistem rujukan bila fasilitas tidak memadai.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dimana kita ketahui angka kematian ibu (AKI) masih sangat tinggi,, khususnya di Indonesia. Berbagai penyebab utama nya seperti perdarahan, infeksi dan eklampsi. Berbagai upaya terus diusahakan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu. Salah satunya adalah mengimplementasikan program Safe Motherhood. Dimana safe motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir.Program itu terdiri dari empat pilar yaitu:
1.      keluarga berencana,
2.      pelayanan antenatal,
3.      persalinan yang aman, dan
4.      pelayanan obstetri esensial.

3.2 Saran
Hendaknya seorang tenaga medis dalam memberikan asuhan harus mengacu pada evidence based. Salah satunya adalah melakukan program safe motherhood yaitu upaya untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu. Diharapkan angka kematian ibu setiap tahunya akan menurun.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENSTRUASI - KESPRO

Hormon-hormon Reproduksi pada Pria dan Wanita